Kisah Sahabat Nabi Sya’ban RA Yang Sangat Menginspirasi[update]

6 minutes reading
Saturday, 8 Oct 2022 10:38 0 61 Editorial Staff

Kisah sahabat Nabi Muhammad SAW Syaaban ra yang sangat menginsiprasikan…

Alhamdulillah rezeki saya dapat berjumpa dengan berbagi ilmu ini. Mari sama-sama menghayatinya

PENYESALAN SAAT SAKARATUL MAUT 

Al kisah ada seorang sahabat Nabi saw bernama Sya’ban RA.

Dia adalah seorang sahabat yang tidak menonjol dibandingkan dengan sahabat-sahabat yang lain.

Satu kebiasaan yang unik dari beliau yaitu setiap kali masuk masjid sebelum solat berjamaah, dia selalu beritikaf di pojok depan masjid.

Dia mengambil posisi di pojokan bukan karana ingin mudah bersandar atau tidur, tetapi kerana tidak mau mengganggu orang lain, lebih-lebih lagi ketika orang lain beribadah.

Kebiasaan ini sudah difahami oleh sahabat bahkan oleh Rasulullah saw,  Sya’ban RA akan berada di posisi yang sama termasuk saat solat berjamaah.

Suatu pagi ketika solat subuh berjamaah akan dimulai Rasulullah saw mendapati bahwa Sya’ban RA tidak berada di tempatnya seperti biasa. 

Nabi saw pun bertanya kepada jamaah yang hadir adakah sesiapa yang melihat Sya’ban RA.

Namun tiada seorang pun jemaah yang melihat Sya’ban RA. 

Solat subuh pun ditunda sejenak untuk menunggu kehadiran Sya’ban RA. 

Namun yang ditunggu belum juga datang. 

Bimbang kawatir solat subuhnya akan kesiangan, Nabi saw memutuskan untuk segera melaksanakan solat subuh berjamaah.

Selesai solat subuh, Nabi saw bertanya adakah diantara kalian yang mengetahui khabar dari Sya’ban RA.

Namun tiada seorang pun yang menjawab.

Nabi saw bertanya lagi adakah siapa yang mengetahui di mana rumah Sya’ban RA.

Kali ini seorang sahabat mengangkat tangan dan mengatakan bahwa dia mengetahui  di mana rumah Sya’ban RA.

Nabi yang khawatir terjadi sesuatu kepada Sya’ban RA meminta dihantarkan ke rumahnya. 

Perjalanan dengan berjalan kaki cukup lama ditempuh oleh Nabi saw dan rombongan sebelum sampai ke rumah yang dimaksudkan.

Rombongan Nabi saw sampai ke sana ketika waktu afdhal untuk solat dhuha (kira-kira 3 jam perjalanan dari masjid Nabawi).

Sampai di depan rumah tersebut Nabi saw mengucapkan salam. 

Dan keluarlah seorang wanita sambil membalas salam.

“Benarkah ini rumah Sya’ban?” 

Nabi saw bertanya.

“Ya benar, saya isterinya”

jawab wanita tersebut. 

“Bolehkah kami menemui Sya’ban, yang tidak hadir solat subuh di masjid?”

Dengan berlinangan air mata isteri Sya’ban RA menjawab:

“Beliau telah meninggal dunia pagi tadi…”

Innalillahi wainna ilaihirojiun….

Masya Allah, satu-satunya penyebab dia tidak solat subuh berjamaah adalah karena ajal sudah menjemputnya.

Beberapa saat kemudian isteri Sya’ban bertanya kepada Rasulullah saw.

“Ya Rasulullah saw ada sesuatu yang menjadi tanda tanya bagi kami semua, yaitu menjelang kematiannya dia berteriak tiga kali dengan setiap teriakan disertai satu pertanyaan. Kami semua tidak faham apakah maksudnya.”

“Apakah pertanyaan yang diucapkannya?” tanya Rasulullah saw 

Setiap teriakannya dia terucap kalimat:

“Aduuuh kenapa tidak lebih jauh……”

“Aduuuh kenapa tidak yang baru……. “

“Aduuuh kenapa tidak semua……”

Nabi saw pun bersabda ayat yang terdapat dalam surat Qaaf (50) ayat 22 :

_“Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu hijab (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.“_

Saat Sya’ban dalam keadaan sakaratul maut, perjalanan hidupnya diulang tayang oleh Allah swt.

Bukan itu saja, semua ganjaran dari perbuatannya diperlihatkan oleh Allah.

Apa yang dilihat oleh Sya’ban (dan orang yg sakaratul maut) tidak dapat dilihat oleh orang lain.

Dalam pandangannya yang tajam itu Sya’ban melihat suatu adegan di mana sehariannya dia pergi berulang ke masjid untuk solat berjamaah lima waktu.

Perjalanan sekitar 3 jam berjalan kaki sudah tentu bukanlah jarak yang dekat.

Dalam tayangan itu pula Sya’ban RA diperlihatkan pahala yang diperolehnya dari langkah² nya ke Masjid. 

Dia dapat melihat apakah bentuk syurga ganjarannya.

Saat melihat itu dia berteriak :

“Aduuuh kenapa tidak lebih jauh……”

Timbul penyesalan dalam diri Sya’ban , mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi supaya memperolehi pahala yang lebih banyak dan mendapat syurga yang lebih indah.

Berikutnya Sya’ban melihat ketika dia akan berangkat sholat berjamaah di musim dingin.

Ketika dia membuka pintu, bertiup angin dingin yang menusuk tulang.

Dia masuk kembali ke rumahnya dan mengambil satu baju lagi untuk dipakainya. 

Jadi dia memakai dua lapis baju.

Sya’ban sengaja memakai pakaian yang bagus (baru) di dalam dan yang lama di luar.

Dalam fikirannya jika terkena debu, sudah tentu yang kena hanyalah baju yang luar. 

Sampai di masjid dia boleh membuka baju dilapisan luar dan sholat dengan baju yang lebih baik.

Dalam perjalanan ke masjid dia bertemu seseorang yang terbaring kedinginan dalam keadaan yang sangat lemah.

Sya’ban pun merasa kasihan, lalu segera membuka baju yang paling luar dan dipakaikan kepada orang tersebut dan memapahnya untuk bersama² ke masjid melakukan solat berjamaah.

Orang itu terselamat dari mati kedinginan dan sempat menunaikan solat berjamaah.

Sya’ban pun kemudian melihat indahnya syurga sebagai balasan memakaikan baju luarnya kepada orang tersebut. 

Kemudian dia berteriak lagi :

“Aduuuh kenapa tidak yang baru…“

Timbul lagi penyesalan di benak Sya’ban. 

Jika dengan baju luar itu saja boleh mendapat pahala yang begitu besar, sudah tentu ia akan mendapat yang lebih besar lagi seandainya ia memakaikan baju yang baru.

Berikutnya Sya’ban melihat lagi suatu adegan saat dia hendak sarapan dengan roti yang dimakan dengan cara mencelupkan dulu ke dalam segelas susu.

Ketika baru saja hendak memulai sarapan, muncullah pengemis di depan pintu yang meminta. Pengemis tersebut diberi sedikit roti kerana sudah lebih 3 hari perutnya tidak diisi makanan.

Melihat hal tersebut. 

Sya’ban merasa kasihan. 

Ia kemudian membagikan dua roti itu sama besar, begitu juga segelas susu itu pun dibagi dua.

Kemudian mereka makan bersama² roti itu yang sebelumnya dicelupkan susu, dengan porsi takaran yang sama. 

Allah swt  kemudian memperlihatkan ganjaran dari perbuatan Sya’ban RA dengan syurga yang indah.

Apabila melihat itu dia pun berteriak lagi:

“Aduuuh kenapa tidak semua……”

Sya’ban kembali menyesal .

Seandainya dia memberikan semua roti itu kepada pengemis tersebut tentulah dia akan mendapat syurga yang lebih indah.

MashaAllah, Sya’ban bukan menyesali perbuatannya, tetapi menyesali mengapa perbuatannya tidak yang terbaik.

Sesungguhnya kita semua nanti pada saat sakaratul maut akan menyesal dengan hal yang berbeda, bahkan ada yang meminta untuk ditunda matinya kerana pada saat itu barulah terlihat dengan jelas hasil dari semua perbuatannya di dunia.

Mereka meminta untuk ditunda sesaat karena ingin bersedekah.

Namun kematian akan datang tepat pada waktunya, tidak dapat dipanjangkan dan tidak dapat dimundurkan lagi.

Sya’ban RA telah menginspirasi kita bagaimana seharusnya kita melihat akan janji Allah swt.

Dia ternyata tetap menyesal sebagaimana halnya kita pun juga akan menyesal.

Namun penyesalannya bukanlah karena tidak menjalankan perintah Allah SWT. 

Penyesalannya karena tidak melakukan kebaikan dengan yang terbaik.

Semoga kita sentiasa bisa memberi kebaikan² yang terbaik di setiap kesempatan. 

Dunia hanya sementara akhirat kekal selama-lamanya. Akhirat yang kekal abadi, Aamiin.

Semoga bermanfaat.

Aku sedekahkan pahala berbagi ilmu ini, utk kedua ibu bapa ku, anak2 ku, adik beradik ku, saudara-maraku, guru2 ku dan sahabat2 Ku sekelian. Aamiin Ya Arhamarrohimin.

Pencarian :

Kisah sahabat nabi yang menginspirasi, kisah sahabat nabi muhammad, kisah sahabat nabi yang menyentuh hati, kisah sahabat nabi singkat, kisah sahabat nabi untuk anak, kisah sahabat nabi yang jarang diketahui, kisah sahabat nabi saw, kisah sahabat nabi Muhammad saw, 

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *