Wanita Dengan Hidup Penuh Ketaatan[update]

10 minutes reading
Wednesday, 5 Oct 2022 01:25 0 58 Editorial Staff
Manusia hidup diciptakan Allah hanyalah untuk taat dan bersembah sujud kepadaNya. Seperti halnya Allah menciptakan makhlukNya dari golongan jin dan malaikat. Mereka yang membangkang dan tidak melakukan ketaatan adalah hamba-hamba yang durhaka, Mereka tidak saja rendah dimata Allah, tetapi juga rendah dimata sesama manusia. Hal itu berlaku bagi siapa saja, baik laki-laki maupun wanita. Bukannya sampai  disitu saja. keburukan orang-orang yang tidak taat kepada Allah jika mereka masih hidup didunia, mungkin masih bisa dicarikan solusinya. Bertaubat misalnya atau melakukan amal sholeh untuk menebus semula pelanggaran perintah-perintah Allah, Namun jika telah meninggal dunia, tidak ada lagi kesempatan untuk bertaubat. Tidak ada lagi kesempatan untuk menebus perbuatan mungkarnya dengan pertaubatan baik (ma’ruf).
wanita yang taat kepada allah
Ilustrasi Wanita Beribadah | Sumber : Bacaanmadani.com

A. Membeli Harga Diri Dengan Ketaatan

Wanita-wanita muslimah yang shalihah, bukanlah wanita pendurhaka. dan wanita-wanita pendurhaka bukanlah wanita-wanita muslimah, meskipun mereka pernah mengucapkan dua kalimah syahadat (beragama islam), karena wanita-wanita muslimah adalah mereka yang telah mampu membeli harga dirinya dengan ketaatan. Mereka tahu persis bahwa harkat, martabat dan harga diri seorang wanita, baik yang masih sendiri atau yang telah bersuami,, pertama-tama adalah taat kepada Allah dan RasulNya, kemudian taat kepada orang tua dan suami. dan ketaatan kepada orang tua dan suami adalah dalam rangka mentaati perintah Allah dan RasulNya
Apalagi jika wanita muslimah itu rajin membuka kitab-Nya (Al-Qur’an), membaca isinya, mecermati artinya kemudian memahami maknanya, tentu mengetahui adanya berbagai perintah, peringatan, ancaman, janji serta pahala didalamnya. Dan untuk memahami isi kandungan Al-Qur’an memang memerlukan waktu yang tidak sebentar, jika ingin benar-benar memahami kehendak Al-Qur’an itu sendiri. sehingga dengan demikian, seringkali wanita hanya membaca ayat-ayat yang berhubungan dengan kodrat kewanitaannya saja, mengenai apa yang diperintahkan dan apa yang dilarangNya. itu wajar dan boleh-boleh saja. sepanjang itu untuk menambah pengetahuan dan menambah ketaatannya, hal itu sudah termasuk ibadah bagi seorang wanita.
Sehubungan dengan itulah makanya Allah mewajibkan juga hambaNya, baik yang wanita maupun laki-laki untuk mencari ilmu setinggi-tingginya termasuk ilmu-ilmu mengenai apa-apa yang diperintahkan dan apa-apa yng dilarangNya. Hal ini karena wajib hukumnya bagi wanita, untuk mengetahui perintah dan larangan yang ada dalam Al-Qur’an. Sebab tanpa mengetahuinya mana mungkin dirinya bisa mentaatinya ?. dan tanpa mentaatinya bagaimana bisa mencintaiNya ?. dan tanpa MencintaiNya bagaimana mungkin dirinya bisa menggantungkan hatinya terhadap Allah ?
Padahal syarat mutlak seorang wanita, untuk menjadi wanita sholihah dalam islam, dia harus terlebih dahulu berdiri diatas landasan hukum-hukum Allah. Tidak melanggarnya dan tidak pula mengadakan penentangan. Yakni penentangan terhadap hukum-hukum yang tidak sesuai dengan kehendak hatinya. lalu dipaksakan untuk disesuaikan dengan keadaan hidupnya. Atau menjadikan yang haram dipaksa-paksakan menjadi kelihatan halal. menurut kehendaknya sendiri. Khususnya yang berkaitan dengan nafsu.
Wanita yang mulia dalam pandangan islam, hanyalah wanita-wanita sholihah yang taat kepada Allah dan RasulNya, tidak peduli dengan kondisi fisik yang dipunyainya. Karena Allah tidak memandang  kesempurnaan fisik seseorang. tetapi kesempurnaan hatinya. Allah memuji wanita yang pandai memanajemen hatinya, hingga hatinya bisa mengalahkan nafsunya. kesempurnaan fisik, kekayaan materi dan tinggian jabatan seseorang wanita, sama sekali tidak mampu mengangkat harkat dan martabatnyua dimata Allah, Namun kemuliaan wanita sejak zaman dahulu kala, sejak zaman Nabi Adam AS, zaman kehidupan Rasulullah SAW hingga sekarang, tetap dipandang sampai sejauh mana dia memegang prinsip-prinsip islam yang telah tersebut dalam Al-Qur’an, yakni ketaatannya pada perintah dan laranganNYa.
Dalam hal pelanggaran, Hawa istri Nabi AdamAS menjadi hina dan terusir dari surga bersama suaminya, karena melanggar larangan Allah untuk tidak memakan buah khuldi, Meskipun didunia akhirnya bertaubat dan menjadi wanita shalihah sepanjang hayatnya. Atau Hafshah istri Rasulullah SAW yang pernah dijatuhi talak satu, karena melanggar perintah RasulNya untuk tidak membocorkan rahasia.
Kemudian dalam soal ketaatan, ada Khulah yang menjadi sebab turunya ayat Al-Qur’an disebabkan ketaatannya dalam memegang prinsip islam, tentang keharaman istri bercampur dengan suaminya yang telah dzihar dirinya. Meskipun ia masih mencintai suaminya namun ia menahan nafsu untuk bercinta dengannya, karena kata-kata dzihar yang telah diucapkan suaminya menjadikan mereka berdua tidak halal lagi berhubungan intim. Kemudian ada Masyitah yang teguh memegang prinsip ketauhidan, hingga menemui ajalnya dibelanga. Fir’aun kemudian istri-istri Rasulullah SAW dan putri-putri beliau seperti Zainab, Ruqayyah, Ummu Kaltsum dan Fatimah Az-Zahra, yang juga menjadi mulia karena begitu eratnya memegang teguh prinsip-prinsip islam, dnegan tidak mengabaikan perintah dan laranganNya. Maka tak heran jika wanita yang agung semacam mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di dalam jiwa para wanita generasi berikutnya yang mengetahui keutamaan dirinya. Dalam generasinya, wanita yang senantiasa memperhatikan perintah dan larangan juga akan disegani oleh masyarakat. baik sesama wanita maupun ia laki-laki.

B. Umar Ra Segan Dengan Wanita Yang Taat

Entah mengapa bahwa orang-orang yang selalu taat dan tunduk kepada apa yang diperintahkanAllah dan RasulNya dalam wajahnya selalu menyiratkan aura keagungan, kewibawaan dan membuat orang lain, baik laki-laki maupun perempuan merasa segan terhadapnya hal ini pernah dialami oleh khalifah Umar bin Khotob ia diam saja ketika mendapatkan peringatan dari seorang wanita, yang Umar sendiri mengetahui nilah dan harga diri wanita tersebut dimata Allah dan Rasulullah . Umar Ra yang garang dan keras wataknya, diam saja, bahkan menundukkan kepala saat mendengarkan nasehat dari Khaulah wanita Anshor yang sangat taat kepada Allah dan RasulNya. Ceritanya : Suatu hari seorang wanita bernama Khaulah bertemu dengan Umar yang sedang keluar dari masjid, Ketika itu Khalifah Umar sedang berjalan bersama Al-Jarrud. Umar yang pada waktu itu masih menjabat Amirul Mu’minin mengucapkan salam kepadanya. setelah menjawabnya Khaulah berkata : ” Wahai Umar, dulu akulah yang menjagamu selagi engkau masih bernama Umair di pasar Ukasz… Engkau mengembala domba dengan tongkatmu. Maka bertakwalah kepada Allah dan urusan rakyat. Ketahuilah bahwa siapa yang takut ancaman akan didekatkan kepadanya dengan jauh dan siapa yang takut mati, tentu akan mengkhawatirkan yang akan berlalu!”. Kemudian Al Jarud berkata : “Hai wanita, rupanya engkau sudah terlalu banyak berbicara kepada Amirul Mu’miniin !”. kata Umar bin Khatab : “Biarkan dia, tidakah enggaku tahu dia adalah Khaulah yang perkataannya didengarkan Allah dari atas langit yang ketujuh ?… Demi Allah ! Umar lebih berhak mendengar perkataannya !”
Di dalam tafsir Ibnu Katsir diterangkan, bahwa ada seorang laki-laki yang berkata kepada Umar bin Khatab ra karena dia melihat bagaimana Umar menghormati dan mendengarkan dengan tekun perkataan Khaulah :” Engkau tidak bisa menghadapi para pemuka Quraisy gara-gara wanita ini !” Lalu Umar berkata : “Celaka engkau, tahukah engkau siapa dia ?”. Tidak !” jawab laki-laki itu. Umar berkata : “Dia adalah wanita yang gugatanya didengarkan Allah dari langit ketujuh, Dia adalah Khaulah binti Tsa’labah. Demi Allah, andaikan dia tidak beranjak dari hadapanku hingga malam tiba, maka akupun tidak akan beranjak dari hadapannya sampai dia mengetahui keperluannya, kecuali jika tiba waktu shalat, maka aku akan shalat, lalu kembalilagi menemuinya hingga dia dapat memenuhi keperluannya.”

C. Zainab Binti Jahsyi Dan Buah Ketaatannya

Soal ketaatan seorang muslimah kita bisa berkaca kepada Umul Mu’minin Zainab Binti Jahsyi, terutama sekali kisah hidup saat ia belum menjadi salah satu istri Rasulullah SAW. Buah ketaatannya kepada Rasulullah SAW ketika menjodohkannya dengan laki-laki yang sama sekali tak di inginkannya. menjadikan dirinya memperoleh derajat kemuliaan yang jarang bisa diraih oleh wanita-wanita kota madinah kala itu. Yakni menjadi Ummul Mu’minin, Istri Rasulullah SAW
Ketaatan seorang wanita kepada Allah dan RasulNya pada zamannya, serta kemuliaan yang menyertainya, memang telah menjadi catatan sejarah kemuliaan tersendiri bagi wanita. Jika mula-mula terjadi ketidak selarasan antara keinginan hati dengan ketetapan Allah, pun setelah Allah menetapkan ketetapanNya, dia harus taat dengan penuh keikhlasan. Misalnya saja, ketika turun ayat ” Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang Mu’min dan tidak pula bagi wanita  yang Mu’minah, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada lagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya dia telah sesat, sesat yang Nyata. (Surat Al-Ahzab : 36). Apabila dalam hatinya ada benih-benih iman, maka tak ada pilihan lain kecuali taat dan tunduk.
Hal inilah yang pernah terjadi pada Zainab Binti Jahsyi. Baginya ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya diatas segala bisikan hawa nafsu, diatas belitan harapan dan  itu atas hiasan kehidupan. di atas pilihan manusia. Zainab Binti Jahsyi termasuk wanita yang mempunya ketaatan yang besar pada perintah dan larangNya. Dia juga merupakan sosok wanita yang mengagumkan tentang bagaimana dia mengikuti perintah Allah dan RasulNya, sebelum beliau menikahinya, tepatnya pada waktu dia dimintai persetujuannya untuk dinikahkan dnegan hamba sahaya Rasulullah SAW dan kemudian dijadikan anak angkat beliau, Zaid bin Haritsah, karena untuk tujuan penetapan hukum syari’at yang biasa dilihat dalam dua hal :
a). untuk meniadakan jurang pemisah antara si miskin dan si kaya, orang biasa dan bangsawan dan yang buruk dengan yang rupawan. Dalam hal ini Zainab adalah wanita cantik keturunan bangsawan Quraisy. Anak keturuan Abdi Syam, putri bibi Rasulullah SAW. Sedangkan laki-laki yang disuruh menikah dengannya adalah Zaid bin Haritsah, seorang budak yang kemudian diangkat menjadi anak angkat beliau SAW. Padahal namanya budak tingkat kedudukannya jauh lebih rendah dari pada bangsawan. Jurang perbedaan antara keduanya tidak dapat ditembus dan dienyahkan kecuali dengan tindakan nyata dari Rasulullah SAW dengan cara menyatakannya kepada masyarakat luas. Dengan cara ini masyarakat Muslim dapat mengambil pelajaran dan perbedaan itu pun dapat dihapuskan.sehingga tidak ada kemuliyaaan dan keutamaan diantara manusia kecuali mereka yang benar-benar bertaqwa kepada Allah.
b). menghapuskan tradisi anak angkat yang berlaku sebelumnya, ditengah-tengah komunitas masyarakat jahiliyah, lewat pernikahan Rasulullah SAW dengan Zainab yang sebelumnya menjadi istri anak angkat beliau, Zaid bin Haritsah dengan menghadirkan bukti yang praktis dan nyata bahwa andaikan Zaid adalah benar-benar anak beliau tentunya pernikahan beliau dengan Zainab tidak akan terjadi kecuali dengan perintah Allah, yang dinyatakan di dalam Al-Qur’an.
Untuk mewujudkan dua ketetapan hukum syari’at secara praktis dilingkup rumah tangga Nabawi ini, ternyata pilihan jatuh kepada Zainab putri bibi Rasulullah SAW agar semua manusia dapat mengambil pelajaran dengan jiwa yang tenang, tunduk dan patuh kepada perintah Allah dan RasulNya. Saat Rasulullah SAWmenunjuk Zainab untuk menikah dengan Zaid bin Haritsah, sebenarnya Zainab tidak mau, dan dia berkata kepada Rasulullah. “Wahai Rasulullah, aku tidak mau menikah dengannya, sebab aku adalah putri keturuan Abdi Syams !” Maka dengan tenang dan penuh kasih sayang Rasulullah bersabda kepadanya : ” Menikahlah dengannya !”
Dengan turunya ayat tersebut akhirnya Zainab menyetujui atas perkawinannya dengan Zaid bin Haritsah. Dan seketika itu pula Zainab menjadi ridha terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya, ia pun berkata :“Kalau begitu aku tidak akan mendurhakai Allah dan RasulNya !”
Meskipun pada akhirnya rumah tangga Zainab dengan Zaid bin Haritsah kandas ditengah jalan, namun pada awalnya, ada usaha dari Zainab untuk taat kepada Allah dan RasulNya, dengan sangat memperhatikan perintah dan laranganNya. Pada akhirnya, setelah menjadi janda, ia dinikahi oleh Rasulullah SAW sebagai awal pendobragan sistem Tabbani yang tidak disetujui Allah
Seakan-akan Allah memberikan imbalan kepada Zainab atas ketaatan yang utuh kepada Allah dan RasulNya karena dia Ridho terhadap ketetapan Allah dan RasulNya. yaitu untuk menikah dengan Zaid, orang yang sebenarnya tidak disukainya.Akhirnya dia hidup bersama Rasulullah SAW untuk mengarungi bahtera rumah tangga. Istri Rasulullah SAW yang satu ini mempunyai kelebihan diantara istri-istrinya yang lain, yaitu karena ketaatanya atas perintah Allah dan RasulNya, hingga di abadikan didalam Al-Qur’an yang senantiasa dibaca oleh orang-orang Muslim hingga hari kiamat. Zainab mendapat derajat mulia ini, yang di limpahkan Allah kepadanya. Karena itu dia membanggakan diri terhadap istri-istri Rasulullah yang lain, dengan berkata : “Kalian dinikahkan keluarga kalian, sedangkan aku di nikahkan Allah SWT dari atas langit yang utuh “
Proses itulah yang tengah terjadi pada diri setiap wanita. Entah itu proses menuju kearah yang lebih baik, ataukah proses menuju kedalam kehancuran sebuah harga diri. Semua diserahkan sepenuhnya kepada kecerdasan mental spiritual wanita-wanita muslimah. Jika mereka menginginkan tercapainya harkat dan martabat yang mulia, maka tidak selayaknya seorang wanita melalaikan dan tidak memperhatikan perintah dan larangan Allah Ta’ala. Karena dengan adanya perintah dan larangan itu, sebenarnya Allah hanya hendak mengangkat kemuliaan wanita-wanita yang memperhatikannya. Sekali lagi, kemuliaan dan derajat seorang wanita tidak akan datang begitu saja, melainkan melalui sebuah proses. Dalam halini adalah proses ketaatan dan ketawadlu’an yang dalam dan terarah.

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *